Kamis, 05 Desember 2013

mengelola pekarangan

Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan sebuah bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah. Pekarangan dapat berada di depan, belakang atau samping sebuah bangunan, tergantung seberapa luas sisa tanah yang tersedia setelah dipakai untuk bangunan utamanya.
Budidaya sayuran di pekarangan bukan merupakan hal baru. Praktek pemanfaatan demikian sudah lama dilakukan terutama di pedesaan. Namun demikian, seiring berjalnnya waktu kebiasaan tersebutsemakin ditiggalkan, dan banyak pekarangan di pedesaan justru tidak dimanfaatkan, dibiarkan terlantar dan gersang.
Bertolak belakang dengan kecendrungan di atas, jumlah penduduk akhir-akhir ini terus mengalami peningkatan sehingga kebutuhan bahan panganpun semakin bertambah. Pemenuhan kebutuhan pangan tersebut banyak menemui permasalahan, diantaranya adalah fenomena perubahan iklim global yang berpengaruh pada tingkat produksi dan distribusi bahan pangan, penyempitan lahan pertanian akibat penggunaan di bidang non pertanian, dan tingginya tingkat degradasi lahan sehingga menyebabkan berkurangnya hasil panen.
Oleh sebab itu, strategi baru dalam pemenuhan bahan pangan, diantaranya melalui pemanfaatan lahan pekarangan, perlu dikembangankan. Data statistik menunjukkan luas lahan pekarangan di Indonesia saat ini mencapai 10.3 juta hektar. Apabila dimanfaatkan secara optimal maka permasalahan pemenuhan kebutuhan pangan, sebagaimana disebutkan di atas, kemungkinan besar dapat dikurangi.
Gambar 1 Gambar 1
Gambar 1. Contoh Pemanfaatan Pekarangan
Karakteristik dan Strategi Pemanfaatan Pekarangan
Berbeda dengan lahan pertanian secara umum, pekarangan rumah memiliki luasan yang relatif sempit, bersentuhan langsung dengan penghuni rumah, serta memiliki peran yang sangat kompleks. Oleh sebab itu, pemanfaatannyadalam budidayasayuran harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi optimal, baik dalam hal tingkat produksi maupun dalam pemanfaatan lainnya di rumah tangga.
Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi dalam berbudidaya sayuran di pekarangan diantaranya adalah harus memiliki nilai estetika atau keindahan sehingga selain dapat dimakan juga dapat mempercantik halaman rumah. Strategi yang dapat dilakukan, diantaranya melalui pengaturan jenis, bentuk, dan warna tanaman. Selain itu, model yang digunakan sebaiknya bersifat mobile atau mudah untuk dipindahkan. Hal ini diperlukan guna mengantisipasi pemanfaatan dan penataan pekarangan. Model budidaya yang dapat memenuhi kriteris demikian adalah model budidaya secara vertikal atau vertikultur dan budidaya dalam pot.
Gambar 2 Gambar 2
Gambar 2. Contoh Budidaya Sayuran di Pekarangan
Budidaya Sayuran Model Vertikultur, Pot dan Bedengan
  1. Janis Sayuran Hampir semua jenis tanaman dapat ditanam dalam sistem vertikultur, pot dan bedengan, diantaranya bayam, kangkung, sawi, selada, kenikir, kemangi, kucai, seledri, cabai, tomat, terong, pare, kacang panjang, timun, oyong, dll. Namun demikianuntuk budidaya vertikultural menggunakan wadah talang, bambu atau paralon yang dipasang secara horizontal, kurang cocok untuk sayuran jenis buah seperti cabai, terong, tomat, buncis tegak, pare, dll. Hal tersebut disebabkan dangkalnya wadah pertanaman sehingga tidak cukup kuat menahan tumbuh tegak tanaman. Sayuran buah cocok untuk ditanaman dalam pot, polybag atau paralon dan bambu yang ditegakkan sehingga dapat menampung media tanam dalam jumlah cukup banyak.
  2. Gambar 2 Gambar 2
    Gambar 3. Contoh Budidaya Sayuran dalam Pot dan Vertikultur
  3. Penyiapan Wadah Pertanaman Vertikultur dari Bambu atau Paralon
    Potong batang bambu/paralon sepanjang kurang lebih 120 cm, dengan pembagian 100 cm untuk wadah tanam dan 20 cm sisanya untuk ditanam ke tanah.
    1. Bersihkan ruas antar bambu dengan menggunakan linggis, kecuali ruas paling bawah. Untuk ruas terakhir tidak dibobol keseluruhan,melainkan hanya dibuat sejumlah lubang kecil dengan paku untuk mengatur kelebihan air penyiraman. Jika menggunakan paralon, lakukan penutupan pada dasar paralon menggunakan tutup paralon sesuai ukuran paralon yang digunakan.
    2. Buat lubang tanam di sepanjang bagian 100 cm dengan menggunakan bor, pahat atau pisau. Lubang dibuat secara selang seling pada keempat sisi bambu/paralon. Pada dua sisi yang saling berhadapan terdapat masing-masing tiga lubang tanam,pada dua sisi lainnya masing-masing dua lubang tanam, sehingga didapatkan 10 lubang tanam secara keseluruhan. Setiap lubang berdiameter kira-kira 1,5 cm dan berjarang 30 cm.
    3. Selanjutnya bambu atau paralon ditanam dengan memasukkan 20 cm bagian bawah kedalam tanah
    Gambar 4 Gambar 4
    Gambar 4. Contoh Budidaya Vertikultur Gerabah dan Paralon
    Vertikultur dari Talang Sistem Rak
    Langkah-langkah pembuatan unit vertikultur sistem rak adalah sebagai berikut :
    1. Buat serangkaian rak dengan tinggi kira-kira 1 m, lebar 1 m, panjang sesuai kebutuhan,
    2. Atur empat rangkaian rak secara berundak, dengan jarak antara undakan adalah kira-kira 30 cm, dan lebar masig-masing rak adalah 25-30 cm,
    3. Potong talang air dengan ukuran sesuai rangka rak yang dibuat, lalu masing-masing ujung talang ditutup menggunakan penutup talang lalu dilekatkan menggunakan lem secara permanen,
    4. Lubangi dasar talang dengan bor atau pisau, diameter lubang kurang lebih 1 cm dan jarak antar lubang berkisar 15-20 cm,
    5. Isi talang menggunakan media tanam yang telah disiapkan, dan lakukan penyusunan pada rak.
    Gambar 5 Gambar
    Gambar 5. Vertikultur Rak dari Talang Plastik
    Wadah pot
    Jenis pot yang digunakan dapat berupa pot plastic, ember, kaleng, pot gerabah, polybag, dll. Pada prinsipnya wadah atau pot tersebut dapat menampung media tanam dalam jumlah yang cukup. Untuk tanaman sayuran daun, volume media tanam yang digunakan minimal seberat 1 kg, sedangkan untuk sayuran buah berkisar 3-20 kg. Apabila belum ada lubang, maka lakukan pelubangan pada dasar pot dalam jumlah yang cukup banyak guna mengatur kelebihan air penyiraman.
    Gambar 6 Gambar 6
    Gambar 6. Contoh Penanaman dalam Pot Plastik dan Polybag
    Wadah Bedengan
    Bedengan digunakan sebagai tempat penanaman. Tujuannya, untuk mencegah agar tanaman tidak tergenang air pada musim hujan. Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan, untuk mempermudah perawatan dan pembuangan air. Lebar bedengan dibuat 110-120 cm karena digunakan untuk dua baris tanaman. Tinggi bedengan disesuaikandengan musim. Bedengan dibuat lebih tinggi pada musim hujan dengan tujuan agar perakaran tanaman tidak terendam air dalam waktu yang lama dan pembuangan airnya lancar.
    Untuk mempermudah pekerjaan, sebaiknya membuat plot terlebih dahulu menggunakan tali rafia sesuaikan dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi bedengan yang kita kehendaki. Gunakan cangkul untuk membentuk bedengan. Caranya, naikkan tanah diluar plot untuk bedengan, sekaligus haluskan tanah dan ambil sisa-sisa rumput, batu, kerikil dan kotoran lain yang dapat menggangu tanaman.
    Gambar 7 Gambar 7
    Gambar 7. Contoh Penanaman dengan Bedengan
    Penyiapan Media Tanam
    Media tanam yang digunakan merupakan campuran tanah, pupuk kandang atau komps dan sekam bakar yang telah dihilangkan bongkahannya atau disaring menggunakan saringan kawat berdiameter 0,5-1 cm. Perbandingan media tanam yang umum digunakan adalah 1 bagian tanah, 1 bagian pupuk kandang atau pupuk kompos, dan 1 bagian sekam bakar. Namun demikian, formula tersebut bukan merupakan formula bau, yang penting bahan organik dan sekam yang ditambahkan cukup banyak sehingga cukup subur dan rongga.
    Gambar 8
    Gambar 8. Pembuatan Media Tanam
    Pembibitan
    Wadah pembibitan dapat berupa tray khusus pembibitan atau dapat juga wadah lain seperti baki plastik, pot plastik, kotak dari kayu, kantong plastik, polybag, dll.
    Media pembibitan yang digunakan sama seperti di atas namun perlu lebih halus dengan menghindari bongkahan atau kerikil dengan cara disaring menggunakan saringan kawat berdiameter lubang 2-5 mm.
    Pembibitan umumnya dilakukan untuk benih-benih yang berukuran kecil dan berharga relative mahal seperti sawi, selada, cabai, tomat, dll (kecuali bayam karena bayam umumnya ditanam langsung). Sementara itu, benih berukuran besar umumnya ditanam langsung dalam wadah pertanaman..
    Langkah-langkah penanaman bibit atau benih :
    1. Buat lubang kecil pada media tanam di dalam tray dengan kedalaman 0,5-1 cm dengan menggunakan lidi atau kayu kecil. Untuk benih yang dibibitkan dalam wadah pembibitan yang lebar dilakukan dengan cara menebar secara merata benih pada permukaan media tanam atau membuat lubang tanam dengan jarak kurang lebih 1 cm.
    2. Masukkan benih ke dalam lubang tanam dan ditutup tipis menggunakan kompos atau pupuk kandang halus. Lalu benih ditutup menggunakan pupuk kandang atau kompos halus dengan ketebalan 0,5-1 cm.
    3. Tebarkan furadan (apabila diperlukan) di permukaan media pembibitan sesuai aturan yang ada di kemasannya. Hal ini tersebut dilakukan untuk menghindari serangan hama berupa semut atau ulat tanah.
    4. Lakukan penyiraman dengan hati-hati hingga media pembibitan basah secara merata. Penyiraman dilakukan 2-3 hari sekali pada saat benih baru ditanam atau bibit kecil, pada saat bibit tumbuh agak besar, lakukan penyiraman sekali sehari.
    5. Letakkan wadah pembibitan pada tempat yang terlindung dari deraan hujan secara langsung namun terena sinar matahari cukup, misalnya di bawah sungkup atau rumah plastik.
    6. Setelah bibit memilikidaun sempurna 2 lembar, lakukan pemindahan bibit pada wadah pembibitan tunggal, misalnya polybag berdiameter 10 cm atau pot kecil bekas kemasan aqua gelas. Lakukan pemeliharaan seperti biasa higga siap pindah tanam.
      Gambar 9
      Gambar 9. Proses Pembibitan Sayuran
  4. Penanaman Penanaman di dalam rak vertikultur atau pot dilakukan setelah bibit memiliki daun sempurna 3-5 helai. Langkah-langkah penanaman adalah :
    1. Pilih bibit yang sehat, tidak cacat, dan seragam
    2. Buat lubang tanam seukuran wadah bibit. Pada system vertikultur rak berjenjang, jarak tanam berkisar 10-15 cm. Pada system per pot, jumlah tanaman yang ditanam sebanyak 1 tanaman per pot pada pot berukuran 3-10 kg, sedangkan untuk pot berukuran lebih besar jumlah tanaman berkisar 2-3 tanaman, khususnya untuk sayuran buah merambat seperti pare, timun, oyong, dan tanaman sejenis lainnya.
    3. keluarkan bibit secara hati-hati dengan cara menggunting wadah atau membalikkan wadah sedemikian rupa sehingga media dan perakaran bibit tidak terganggu.
    4. masukkan bibit ke dalam lubang tanam, selanjutnya tutup lubang tanam menggunakan media tanam yang sebelumnya dikeluarkan pada saat membuat lubang tanam.
    5. Lakukan penyiraman hingga media tanam menjadi basah secara merata.
  5. Pemupukan Sayuran Organik
    Untuk sayuran organik yang dibudidayakan secara organik, jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk kompos, baik berbentuk curah maupun granul. Pemberian pupuk dilakukan pada saat pembuatan media tanam dengan menambah volume pupuk kompos atau pupuk kandang lebih banyak dalam media tanam, misalnya2 atau 3 bagian dibandingkan tanah dan sekam.
    pupuk susulan dapat berupa pupuk organik cair yang telah tersedia di toko-toko sarana pertanian atau dengan cara membuat sendiri. Intensitas pemberian pupuk organik biasanya dilakukan 3-7 hari sekali dengan cara melarutkan 10-100 ml pupuk dalam 1 liter air dan disiramkan secara merata pada media tanam.
    Pada sayuran buah, disebabkan masa pertumbuhan yang lebih panjang, maka selain pemberian pupuk organik cair juga dapat dilakukan pemberian pupuk susulan berupa pupuk kandang atau pupuk kompos setiap 30 hari sekali sebanyak 50-100 g atau 2-3 genggam pupuk per tanaman.
    Gambar 10
    Gambar 10. Contoh Pupuk dan Pemupukan Tanaman
    Pembuatan pupuk organik cair (POC) dapat dilakukan dengan menggunakan bahan dan alat sebagai berikut : (1) ember atau gentong plastik berukuran 50lt, (2) Kantong kain, (3) Pupuk kandang atau kompos atau kascing 5 kg, (4) molase 2 lt, (5) EM 100 ml, dan (6) air 40 lt.
    Langkah-langkah membuat POC adalah sebagai berikut :
    1. Masukkan air sebanyak 40 lt ke dalam ember atau gentong plastik,
    2. Tambahkan molase sebanyak 2 lt, lalu aduk hingga merata,
    3. Masukkan inokulum EM sebanyak 100 ml, lalu aduk hingga merata,
    4. Masukkan pupuk kandang, komps, kascing sebanyak 5 kg ke dalam kantong kain, ikat bagian mulut kantong sebagaimana kantong teh, lalu masukkan ke dalam ember atau gallon plastik dengan posisi menggantung,
    5. Tutup dan kunci tutup ember atau galon plastik menggunakan lem atau lakban dengan rapat,
    6. Pupuk dapat dipakai setelah 3 minggu, kematangan pupuk ditandai dengan bau khas hasil fermentasi (seperti bau tape).
      Gambar
      Gambar 11.Alat pembuatan Pupuk Organik Cair
    Sayuran Non Organik
    Untuk budidaya non organik, pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk kimia seperti pupuk majemuk NPK; campuran pupuk tunggal Urea, TSP, dan KCL masing-masing satu bagian; atau pupuk pelengkap cair, Jenis pupuk kimia tersebut bayak tersedia di toko sarana dan prasarana pertanian ataupun kios-kios tanaman hias.
    Pemupukan dapat dilakukan dengan cara menaburkan pupuk sebanyak 1/2 - 1 sendok teh disekitar permukaan tanaman. Setelah pupuk ditaburkan, maka harus segera dilakukan penyiraman tanaman untuk menghindari efek negatif kegaraman pupuk kimia terhadap tanaman.
    Pemupukan susulan dapat dilakukan dengan cara melarutkan 1 sendok pupuk NPK atau campuran pupuk urea, TSP, dan KCL ke dalam 10 liter air. Lalu siramkan secara merata pada media tanam. Pengulangan dapat dilakukan setiap 3 atau 7 hari sekali.
  6. Penyiraman Intensitas penyiraman sangat tergantung pada volume media tanam, populasi tanaman, dan fase pertumbuhan tanaman. Semakin kecil volume media tanam atau semakin besar ukuran tanaman serta populasinya, maka intensitas penyiraman harus lebih sering. Namun demikian, penyiraman umumnya dilakukan 1 sampai 2 kali sehari. Perlakukan penyiraman harus benar-benar diperhatikan pada saat fase pembuangan dan pembesaran buah. keterlambatan penyiraman akan menyebabkan bunga atau bakal buah menjadi rontok.
    Penyiraman harus dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan alat siram berupa gembor atau selang plastik yang telah diberi nozel penyiraman pada ujungnya.
  7. Pengendalian Hama dan Penyakit Sayuran Organik
    Pengendalian Hama. Pengendalian hama dapat dilakukan secara fisik dengan cara membunuh atau membuang hama yang terdapat pada tanaman dan media tanam atau dapat juga secara kimiawi dengan insektisida nabati. Insektisida nabati telah banyak dijual di kios-kios pertanian. Apabila memungkinkan, pestisida nabati dapat dibuat sendiri dengan menggunakan sumberdaya yang terdapat di dapur dan pekarangan. Contoh teknis pembuatan pestisida nabati adalah sebagai berikut :
    • Ekstrak Daun Nimba, Tembakau, Brotowali Bahan-bahan : Daun mindi atau nimbi 100 g, tembakau 2 g, brotowali 2 g, dan buah mengkudu 1 buah kg.
      Cara buat :
      1. Semua bahan dihaluskan dengan cara ditumbuk, diblender atau dicacah secara terpisah,
      2. Tempatkan semua bahan dalam satu wadah, lalu tambahkan air sebanyak 1 liter,
      3. Tutup rapat wadah, lalu fermentasikan atau diamkan selama satu minggu,
      4. Saring bahan pestisida menggunakan kain halus, lalu siap digunakan,
      5. Sebelum digunakan, enceran pestisida nabati tersebut menggunakan air dengan perbandingan 1:10 liter
    • Ekstak Daun Sirsak Bahan-bahan : Daun sirsak 10 lembar, serai 1 batang, bawang putih 1 siung, sabun colek 2 g.
      Cara membuat :
      1. Daun sirsak, serai, dan daun bawang putih dihaluskan,
      2. Tambahkan 1 liter air, lalu simpan selama 2 hari,
      3. Saring larutan,
      4. Untuk aplikasi, 1 liter larutan dicampur dengan 10-15 liter air,
      5. Larutkan siap diaplikasikan
    • Ekstrak Sirih dan Tembakau
      Bahan-bahan : Daun sirih 10 lembar, daun tembakau 5 lembar atau satu batang tembakau rokok, sabun colek seujung jari, air 1 lt.
      Cara membuat :
      1. Daun sirih dan daun tembakau ditumbuk halus,
      2. Bahan dicampur denga air dan diaduk hingga rata,
      3. Bahan didiamkan selama satu malam,
      4. Saring larutan, kemudian encerkan (ditambah dengan 50-60 air),
      5. Larutan siap digunakan.
    Pengendalian Penyakit. Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan memberikan agensia hayati. Agensia hayati secara terbatas telah mulai tersedia di kios-kios pertanian. Apabila tidak tersedia agensia hayati, pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan cara memusnakan tanaman terserang sehingga tidak menulari tanaman lainnya. Untuk penyakit virus yang penyebarannya diperantarai serangga, diantaranya kutu pucuk atau kutu daun, maka pengendalian dapat dilakukan dengan cara menghalangi serangga vektor melalui aplikasi pestisida nabati.
    Sayuran Non Organik
    Untuk sayuran non organik, maka pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan menggunakan pestisida kimia (insektisida dan fungisida) sesuai cara dan dosis anjuran. Namun demikian, diingatkan bahwa aplikasi pestisida kimia pada tanaman pekarangan sebaiknya dihindari karena besar resiko terhadap anggota keluarga, khususnya anak-anak. Sebaiknya dilakukan secara menanik dan era-dikatif.
    Gambar 12
    Gambar 12. Pengendalian Hama dan Penyakit
  8. Syarat Penyinaran Matahari Faktor penentu lainnya dalam budidaya sayuran dipekarangan adalah penyinaran matahari. Tanaman sayuran merupakan jenis tanaman yang menginginkan penyinaran matahari penuh. Apabila intensitas matahari tidak mencukupi maka tanaman akan mengalami etiolasi atau tumbuh memanjang dan kurus. beberapa jenis tanaman, seperti terong dan cabai rawit cukup toleran dengan kurangnya sinar matahari, namun sebagian besar sayuran daun dan buah yang lain sangat sensitive dengan kurangnya intensitas penyinaran..
  9. Panen Sebagian sayuran daun dan bumbu dapat dilakukan panen secara berulang, diantaranya adalah kangkung, kemangi, kenikir, kucai, seledri. Pemanenan sayuran tersebut dilakukan dengan memotong batang atau pucuk daun untuk kangkung, kemangi, kenikir, dan kucao, sedangkan seledri dipanen dengan cara memotong daun yang sudah cukup tua.
    Sebagian sayuran lainnya dipanen hanya sekali dengan cara mencabut tanaman beserta akarnya, diantaranya bayam, sawi, selada, dll.
    Sementara itu, sayuran buah, umumnya dipanen secara bertahap sesuai dengan fase pematangan buah atau sesuai keinginan. Pemanenan sayuran buah sebaiknya menggunakan gunting atau pisau tajam, kecuali cabai,, yang dapat dipanen menggunakan tangan dengan cara menarik buah berlawanan arah dengan arah buah.
    Gambar 13 Gambar 13
    Gambar 13. Timun dan Selada dalam pot Siap Panen

all about tanaman


 

all about tanaman

Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35-40 m dan diameter mencapai 125 cm. [Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua.Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun, mahkota bunganya silindris, kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari putihkuning kecoklatan.Buahnya buahkotak, bulat telur, berlekuk lima, warnanya cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau cokelat.Mahoni dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jatidan tempat-ternpat lain yang dekat dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Tanaman yang asalnya dari Hindia Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan pantai.

Manfaat

Buah mahoni untuk pengobatan
Pohon mahoni bisa mengurangi polusi udara sekitar 47% - 69% sehingga disebut sebagai pohon pelindung sekaligus filter udara dan daerah tangkapan air.Daun-daunnya bertugas menyerap polutan-polutan di sekitarnya. Sebaliknya, dedaunan itu akan melepaskan oksigen(O2) yang membuat udara di sekitarnya menjadi segar.[7] Ketika hujan turun, tanah dan akar-akar pepohonan itu akan mengikat air yang jatuh, sehingga menjadi cadangan air.[7]Buah mahoni memiliki zat bernama flavonolds dan saponins.[8] Flavonolds sendiri dikenal berguna untuk melancarkan peredaran darah sehingga para penderita penyakit yang menyebabkan tersumbatnya aliran darah disarankan memakai buah ini sebagai obat.[8] Khasiat flavonolds ini juga bisa untuk mengurangi kolesterol, penimbunan lemak pada saluran darah, mengurangi rasa sakit, pendarahan dan lebam, serta bertindak sebagai antioksidan untuk menyingkirkan radikal bebas.[8] Sementara itu, saponins memiliki khasiat sebagai pencegah penyakit sampar, bisa juga untuk mengurangi lemak di badan, membantu meningkatkan sistem kekebalan, mencegah pembekuan darah, serta menguatkan fungsi hati dan memperlambat proses pembekuan darah.[9] Sifat Mahoni yang dapat bertahan hidup di tanah gersang menjadikan pohon ini sesuai ditanam di tepi jalan. Bagi penduduk Indonesia khususnya Jawa, tanaman ini bukanlah tanaman yang baru, karena sejak jaman penjajahan Belanda mahoni dan rekannya, Pohon Asam, sudah banyak ditanam di pinggir jalan sebagai peneduh terutama di sepanjang jalan yang dibangun oleh Daendels antara Anyer sampai Panarukan. Sejak 20 tahun terakhir ini, tanaman mahoni mulai dibudidayakan karena kayunya mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Kualitas kayunya keras dan sangat baik untuk meubel, furnitur, barang-barang ukiran dan kerajinan tangan. Sering juga dibuat penggaris karena sifatnya yang tidak mudah berubah. Kualitas kayu mahoni berada sedikit dibawah kayu jati sehingga sering dijuluki sebagai primadona kedua dalam pasar kayu. Pemanfaatan lain dari tanaman mahoni adalah kulitnya dipergunakan untuk mewarnai pakaian. Kain yang direbus bersama kulit mahoni akan menjadi kuning dan tidak mudah luntur. Sedangkan getah mahoni yang disebut juga blendok dapat dipergunakan sebagai bahan baku lem, dan daun mahoni untuk pakan ternak.[10]

Syarat Tumbuh

Mahoni dapat tumbuh dengan subur di pasir payau dekat dengan pantai dan menyukai tempat yang cukup sinar matahari langsung. Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang mampu bertahan hidup di tanah gersang sekalipun. Walaupun tidak disirami selama berbulan-bulan, mahoni masih mampu untuk bertahan hidup. [10] Syarat lokasi untuk budi daya mahoni diantaranya adalah ketinggian lahan maksimum 1.500 meter dpl, curah hujan 1.524-5.085 mm/tahun, dan suhu udara 11-36 C. [11]


SENGON BUTO (Enterolobium cyclocarpum)

Biji Sengon Buto
Sengon Buto adalah pohon yang pertumbuhannya cepat hingga siap pakai tanpa harus menunggu puluhan tahun untuk layak pakai dan layak jual, kwalitas kayu Sengon Buto lebih baik dibanding sengon putih atau sengon laut. Sebaran alami sengon buto dari daerah tropis Amerika, terutama di bagian utara, tengah dan selatan Mexico. Jenis ini tumbuh pada ketinggian 0 – 1000 m dpl dengan curah hujan 600 – 4800 mm/tahun. Sengon buto tumbuh pada tanah berlapisan dalam, drainase baik. Toleran terhadap tanah berpasir dan asin tapi bukan pada tanah berlapisan dangkal. Tahan terhadap suhu dingin dan terpaan angin. Di Indonesia mulau di tanam pada tahun 1974 di kebun percobaan Pusat Penelitian hutan di Sumber Wringin dan RPH Sumber Wringin, Situbondo Jawa Timur dan berfungsi sebagai sumber benih.
Buah sengon buto termasuk buah polong, dengan kulit keras. Bentuk polong melingkar dengan garis tengah 7 dan 5 cm sehingga pangkal buah dan ujungnya menempel. Benih masak ditandai dengan warna buah coklat tua dan berisi ± 13 benih. Benih sengon buto berukuran panjang 1,1 – 2 cm dan garis tengah 0,8 – 1,3 cm dan agak gemuk, berwarna coklat tua dengan garis coklat muda ditengahnya. Dalam 1 kg terdapat 900 – 1000 benih.

Kegunaan Sengon Buto

Kayu sengon buto coklat kemerahan, ringan (kerapatan 0,34-0,6 g / cm ³) dan kedap air, digunakan untuk membuat barang-barang seperti pintu, jendela, perabot, lemari, dan untuk pembuatan kapal.

TREMBESI (Samanea Saman)

Biji Trembesi
Samanea saman yang sering disebut dengan Trembesi (Rain tree) merupakan tanaman pelindung yang mempunyai banyak manfaat. Trembesi dapat bertahan 2-4 bulan atau lebih lama di daerah yang mempunyai curah hujan 40 mm/tahun (dry season) atau bahkan dapat hidup lebih lama tergantung usia, ukuran pohon, temperatur dan tanah. Trembesi juga dapat hidup di daerah dengan temperatur 20-300oC, maksimum temperatur 25-380oC, minimum 18-200oC, temperatur minimum yang dapat ditoleransi 80oC. Tanaman peneduh hujan ini akan tumbuh 15-25 m (50-80 ft) di tempat terbuka dengan diameter kanopi (payung) lebih besar dari tingginya.
Trembesi berbentuk melebar seperti payung (canopy), pohon yang masuk dalam sub familiMimosaceae dan famili Fabaceae ini biasa ditanam sebagai tumbuhan pembawa keteduhan. Uniknya, daun pohon saman bisa mengerut di saat-saat tertentu, yaitu 1,5 jam sebelum matahari terbenam dan akan kembali mekar saat esok paginya setelah matahari terbit. Jika hujan datang, daun-daunnya kembali menguncup. Bentuk dahannya kecil kecil seperti dahan putri malu. Daun ini tumbuh melebar seperti pohon beringin, tetapi tidak simetris alias tidak seimbang. Bijinya mirip dengan biji kedelai, hanya warna cokelatnya lebih gelap. Bunganya menyerupai bulu-bulu halus yang ujungnya berwarna kuning, sementara pada dasar bunga berwarna merah. Buahnya memanjang, berwarna hitam kala masak dan biasa gugur ketika sehabis matang dalam keadaan terpecah. Setiap panjang tangkainya berukuran 7-10 sentimeter.
Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropik namun sekarang tersebar di seluruh daerah tropika. Di Indonesia, orang menjuluki tanaman ini dengan sebutan Ki Hujan atau trembesi, sementara dalam bahasa Inggris dinamai rain tree (pohon hujan), monkeypod atau saman. Asal muasalnya dari Hawaii, tetapi banyak tersebar di kepulauan Samoa, daratan Mikronesia, Guam, Fiji, Papua Nugini dan Indonesia.
Manfaat Trembesi
Pohon Trembesi
Trembesi merupakan jenis pohon yang memiliki kemampuan menyerap karbondioksida dari udara yang sangat besar. Pohon ini mampu menyerap 28.488,39 kg CO2/pohon setiap tahunnya. Berdasarkan penelitian Hartwell (1967-1971) di Venezuela, akar trembesi dapat digunakan sebagai obat tambahan saat mandi air hangat untuk mencegah kanker. Ekstrak daun trembesi dapat menghambat pertumbuhan mikrobakterium Tuberculosis (Perry, 1980) yang dapat menyebabkan sakit perut. Trembesi juga dapat digunakan sebagai obat flu, sakit kepala dan penyakit usus (Duke and Wain, 1981)
Budidaya Trembesi
Perkembangbiakan trembesi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pembibitan (metode yang biasanya digunakan), pemotongan dahan, ranting, batang dengan cara pencangkokan. Proses pembibitan untuk skala besar dapat menggunakan biji trembesi dengan cara :
  • Perkecambahan biji akan tumbuh dengan baik sekitar 36-50% tanpa perlakuan. Perkecambahan biji yang tidak diperlakuan akan tumbuh di tahun pertama penyimpanan biji (Seed Storage)
  • Pembibitan biji dapat dilakukan dengan memberi perlakuan tertentu pada biji trembesi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan lebih cepat, yaitu dengan memasukkan biji dalam air selama 1-2 menit dengan suhu 800C (1760F) dengan voluem air 5x lebih banyak dari volume biji, aduk biji kemudian keringkan. Rendam biji dalam air hangat dengan suhu 30-400 C (86-1040F )selama 24 jam. Metode ini akan membnatu perkecambahan biji 90-100%. (Craig and George, tanpa tahun). Skarifikasi biji (pengelupasan biji) akan tampak 3-5 hari setelah perlekuan dengan menyimpannya dalam tempat teduh dengan pemberian air yang konstan untuk membantu pertumbuhan biji.
Biji sudah siap untuk ditanam setelah perkecambahan. Saat itu panjang kecambah 20-30 m. Bibit yang mempunyai diameter >10 mm dapat lebih bertahan dari air hujan. Perkiraan ukuran bibit saat penanaman yaitu ketika mempunyai tinggi sekitar 15-30 cm (6-12 inci) dengan panjang akar sekitar 10 cm (4 inci) dan panjnag batang mencapai 20 cm (8 inci). Diameter batang dari bibit harus mencapai 5-30 mm. Penanaman ini dapat dilakukan di pasir (tempat pembibitan) atau di tanam di polybag yang berukuran 10×20 cm dengan komposisi 3:1:1 (tanah : pasir : kompos). Perawatan bibit diperlukan untuk menjaga bibit agar bisa tumbuh besar terutama dari serangan hama dan terpaan angin. Perawatan ini dilakukan sampai Rain Tree menjadi lebih tinggi dan siap untuk melindungi.


 MENGAENAL TANAMAN KALIANDRA MERAH
a. Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus : Calliandra
Spesies : Calliandra calothyrsus
b. Nama Daerah
Di tempat asalnya, jenis ini memiliki beberapa nama umum, yang paling sering digunakan adalah “cabello de angel” (artinya ”rambut malaikat”) dan “barbe sol” (artinya ”jenggot matahari”). Di Indonesia jenis ini disebut ”kaliandra merah”. ”Kaliandra putih” adalah jenis yang berkerabat tetapi sekarang tidak lagi diklasifikasikan dalam Callianda, tetapi nama ilmiahnya adalah Zapoteca tetragona.

c. Penyebaran dan Tempat Tumbuh
Calliandra calothyrsus merupakan jenis yang unik dalam marganya karena penggunaannya yang luas secara internasional sebagai pohon serbaguna untuk wanatani. Jenis ini secara alami terdapat di Meksiko dan Amerika Tengah, dari negara bagian Colima, Meksiko, turun ke pesisir utara Panama bagian tengah. Pada tahun 1936 benih tanaman ini dikirimkan dari Guatemala selatan ke Jawa. Benih ini kemungkinan besar dikumpulkan dari provenans “Santa Maria de Jesus” di Guatemala. Sampai tahun 1974, berbagai percobaan di tingkat desa telah dilakukan untuk menilai kesesuaiannya untuk penghijauan lahan-lahan yang tererosi di sekitar desa. C. calothyrsus terbukti sesuai untuk berbagai kegunaan sistem wanatani dan dipromosikan oleh instansi kehutanan di Indonesia untuk penyebaran pertanaman. Dari Jawa jenis ini kemudian diperkenalkan ke berbagai pulau lainnya di Indonesia. Kepopuleran jenis ini lalu membangkitkan minat di tempat lain dan benihnya dikirimkan ke negara-negara lain di Afrika, Asia dan bahkan kembali ke Amerika Tengah. Sekarang jenis ini diyakini telah tersebar di seluruh kawasan tropis. Pada waktu yang bersamaan, yaitu awal tahun 1980-an, suatu lembaga penelitian di Costa Rica, CATIE, melakukan pengumpulan benih dari beberapa provenans di Guatemala, Costa Rica dan Honduras untuk uji coba di Amerika Tengah. Pada tahun 1990 Oxford Forestry Institute mulai melakukan pengumpulan benih secara lebih luas lagi, dan kegiatan ini berakhir pada tahun 1993. Pengumpulan biji ini meliputi 50 provenans dari delapan negara di sebaran alaminya. Biji yang dikumpulkan dikirimkan ke 32 negara untuk evaluasi jenis dan provenans. Percobaan tersebut menunjukkan bahwa provenans yang diintroduksi ke Jawa pada tahun 1930-an, yang merupakan sumber dari hampir semua populasi eksotik, merupakan salah satu yang paling produktif dari provenans yang ada. Provenans lain yang cepat tumbuh adalah San Ramón, dari Nikaragua, yang menghasilkan lebih banyak biomassa tetapi kurang baik kualitasnya sebagai hijauan ternak.

Calliandra calothyrsus tumbuh alami di sepanjang bantaran sungai, tetapi dengan cepat akan menempati areal yang vegetasinya terganggu (misalnya, tepi-tepi jalan). Jenis ini tidak tahan naungan dan cepat sekali kalah bersaing dengan vegetasi sekunder lain. Di Meksiko dan Amerika Tengah tanaman ini tumbuh di berbagai habitat dari ketinggian permukaan laut sampai 1860 m. Jenis ini terutama terdapat di daerah yang curah hujannya berkisar antara 1000 dan 4000 mm, meskipun populasi tertentu terdapat di daerah yang curah hujan tahunannya hanya 800 mm. Jenis ini terutama terdapat di daerah yang musim kemaraunya berlangsung selama 2-4 bulan (dengan curah hujan kurang dari 50 mm per bulan). Namun pernah ada juga spesimen yang ditemukan di daerah yang musim kemaraunya mencapai 6 bulan. Jenis ini tumbuh di daerah dengan suhu minimum tahunan 18-22° C. Jenis ini tidak tahan terhadap pembekuan. Di tempat tumbuh aslinya, jenis ini hidup pada berbagai tipe tanah dan tampaknya tahan terhadap tanah yang agak masam dengan pH sekitar 4,5. Jenis ini tidak tahan terhadap tanah yang drainasenya buruk dan yang tergenang secara teratur.
C. Habitus
Calliandra calothyrsus adalah pohon kecil bercabang yang tumbuh mencapai tinggi maksimum 12 m dan diameter batang maksimum 20 cm. Kulit batangnya berwarna merah atau abu-abu yang tertutup oleh lentisel kecil, pucat berbentuk oval. Ke arah pucuk batang cenderung bergerigi, dan pada pohon yang batangnya coklat-kemerahan, ujung batangnya bisa berulas merah. Di bawah batang, sistem akarnya terdiri dari beberapa akar tunjang dengan akar yang lebih halus yang jumlahnya sangat banyak dan memanjang sampai ke luar permukaan tanah. Jika di dalam tanah terdapat rhizobia dan mikoriza, akan terbentuk asosiasi antara jamur dengan bintil-bintil akar. Dalam populasi jenis tertentu pertumbuhan akar tumbuh menyerupai akar penghisap sehingga tanaman membentuk rumpun yang sebenarnya merupakan satu tanaman tunggal saja. Jenis ini memiliki daun-daun yang lunak yang terbagi menjadi daun-daun kecil. Panjang daun utama dapat mencapai 20 cm dan lebarnya mencapai 15 cm dan pada malam hari daun-daun ini melipat ke arah batang. Tangkai daun bergerigi dengan semacam tulang di bagian permukaan atasnya, tetapi tidak memiliki kelenjar-kelenjar pada tulang sekundernya. Di sebaran alaminya, tanaman ini berbunga sepanjang tahun, tetapi masa puncak pembungaannya terjadi antara bulan Juli dan Maret. Di Indonesia, musim berbunga jenis ini sangat bervariasi antara daerah satu dengan daerah lainnya, bergantung pada jumlah curah hujan dan persebarannya, dan puncaknya berlangsung antara bulan Januari dan April. Tandan bunga berkembang dalam posisi terpusat. Bunganya bergerombol di sekitar ujung batang. Bunga menjadi matang dari pangkal ke ujung selama beberapa bulan. Bunga ini mekar selama satu malam saja dengan benang-benang mencolok yang umumnya berwarna putih di pangkalnya dan merah di ujungnya (walaupun kadang ada juga yang berwarna merah-jambu). Sehari kemudian benang-benang ini akan layu dan bunga yang tidak mengalami pembuahan akan gugur. Polong terbentuk selama dua sampai empat bulan dan ketika sudah masak, panjangnya dapat mencapai 14 cm dan lebarnya 2 cm. Polong berbentuk lurus dan berwarna agak coklat, dan berisi 8-12 bakal biji yang akan berkembang menjadi biji oval yang pipih. Permukaan biji yang sudah matang berbintik hitam dan coklat, dan terdapat tanda yang khas berbentuk ladam kuda pada kedua permukannya yang rata. Biji yang masak panjangnya dapat mencapai 8 mm dan keras ketika ditekan dengan kuku. Di tempat persebaran alaminya, puncak musim biji terjadi antara bulan November dan April. Di Indonesia, C. calothyrsus menghasilkan biji dari bulan Juli sampai November. Dengan keringnya polong, maka pinggirannya yang tebal mengeras sehingga polong merekah mendadak dari ujungnya. Bijinya keluar dengan gerakan berputar dan bisa terpental sejauh 10 m. Kecambah tumbuh dengan kedua keping biji muncul di atas permukaan tanah. Daun pertama hanya memiliki satu sumbu yang menjadi tempat tumbuh helai daun, tetapi daun berikutnya terbagi menjadi sumbu-sumbu sekunder.

D. Penggunaan dan Pemanfaatan 
Spesies tanaman multiguna ditanam utamanya untuk hijauan pakan suplemen bagi pakan kualitas rendah yang diberikan pada ruminansia. Juga digunakan sebagai pupuk hijau, tanaman pelindung bagi kopi dan teh, untuk memperbaiki tanah dan menahan erosi. Digunakan sebagai sumber serbuk sari bagi produksi madu. Juga sangat penting di sebagain Afrika (seperti Uganda, Rwanda) sebagai panjatan bagi tanaman kacang-kacangan. Sumber kayu bakar yang sangat baik, kayu kaliandra kering sangat cepat (batang kecil kering satu hari) dan terbakar dengan baik tanpa asap.

E. Penanaman

Biji memerlukan skarifikasi seperti merendam biji dalam air dingin selama 48 jam. Penggunaan air panas berisiko membunuh biji akibat suhu tinggi yang berlebihan. Skarifikasi secara mekanis juga dapat dilakukan. Penanaman dapat dilakukan dengan cara semai langsung biji yang telah diskarifikasi pada kedalaman 1-3 cm atau dengan pindah tanam bibit yang telah setinggi 20-50 cm yang telah ditumbuhkan pada tempat pembibitan. Bibit dapat ditanam berbaris dengan jarak tanam 3-4 m, atau pada penggunaan sebagai sumber pakan ditanam dengan jarak 0,5-1 m secara menyebar. Penggunaan inokulasi mungkin bermanfaat pada daerah baru ditanamai. Pertumbuhan awal lambat tetapi pertumbuhan selanjutnya sangat cepat dan pohon dapat mencapai tinggi 3,5 m dalam 6 bulan. Tidak dapat tumbuh baik bila dipotong.





memanfaatkan lahan


Lahan hijau di perkotaan semakin sempit. Sebagian besar beralih fungsi untuk kawasan pemukiman, pabrik, bahkan vila-vila mewah. Akibatnya, semakin sempit pula lahan-lahan bagi orang kota untuk menyalurkan hobinya bercocok tanam. Keluhan seperti itu, muncul di mana-mana, terutama bagi warga kota yang tinggal di perumahan-perumahan. Sempitnya bangunan membuat mereka menghabiskan lahan-lahan sisa untuk memeperluas rumah. Nyaris tidak ada sisa untuk ruang hijau yang dapat menyejukkan mata. Nah, lalu bagaimana solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut? Sebenarnya kondisi yang tercipta lantaran keterpaksaan tersebut dapat diatasi dengan mengembangkan sistem vertikultur. Bagi pemerhati pertanian, mungkin istilah ini sudah tidak asing lagi. Tetapi bagi orang awam, mereka pasti akan bertanya-tanya, seperti apakah sistem bercocok tanam yang katanya dapat menyiasati lahan sempit itu?
Istilah vertikultur berasal dari bahasa Inggris verticulture, yang merupakan penggabungan dari kata vertical dan culture. Artinya, budidaya tanaman yang dilakukan dengan cara bertingkat atau bersusun. Ya, sistem ini memang menggunakan rak bertingkat. Rak inilah yang akan menampung pot-pot atau media tanm lainnya. Secara prinsip sistem ini tidak berbeda dari cara bercocok tanam di kebun atau sawah. Perbedaannya hanya terletak pada lahan yang digunakan, dimana sistem vertikultur lebih efisien.
Untuk pemilihan bahan tanaman, sebaiknya pilihlah tanaman semusim, misalnya sayuran. Dapat juga tanaman obat yang berguna bagi kesehatan atau tanaman hias sebagai penghias ruang bahkan dapat dijadikan usaha sampingan. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya atau bahkan Surakarta terutama di perumahan-perumahan, dimana luas lahan semakin sempit sangatlah butuh untuk diterapkan sistem seperti ini. Sebab sistem inilah yang dianggap mampu mengobati kerinduan utnuk “kembali ke alam” sekaligus dapat menyalurkan hobi, bahkan menambah pendapatan keluarga.
Suasana rumah pun menjadi asri, Bukan hanya itu, sistem ini juga cocok untuk dikembangkan di kawasan rawan banjir. Sebab tanaman yang diletakkan di posisi paling bawah pun biasanya berjarak sekitar 50 cm dari tanah. Jika genanngan air kurang dari 50 cm, maka selamtlah semua tanaman. Kalau genangan melebihi 50 cm, pemilik yang sudah biasa membaca “kebiasaan banjir” di rumahnya dapat segera bersiaga. Misalnya, memindahkannya ke tempat yang lebih tinggi atau yang lebih aman. Kalau rumahnya bertingkat maka dapat dipindahkan ke lantai atas.
Murah dan Mudah
Sebenarnya tidak sulit membuat vertikultur di rumah masing-masing. Biaya pembuatannya juga relatif terjangkau. Bahan baku untuk membuat raknya dalah kayu, bambu atau papan. Modelnya disesuaikan dengan selera masing-masing. Kita dapat memilih model persegi panjang, segitiga berjenjang atau model anak tangga. Yang terpenting, kerangka ini dapat menopang beban beberapa jenis tanaman, termasuk pot-potnya. Sedangkan panjang dan lebar rak tergantung luas tanah yang dimiliki. Bahkan kalau sudah tidak ada lahan lahan kosong, rak bertingkat juga dapat ditempatkan di bagian teras depan/belakang/samping atau malah di lantai atas rumah, jadi sangat fleksibel.
Rak terbawah diusahakan berjarak minimal 30 cm dari lantai/tanah. Ini untuk menghindari serangan hama pengganngu. Tetapi kalau tempat tinggal termasuk daerah langganan banjir, sebaiknya rak terbawah berjarak 50 cm dari permukaan tanah/lantai. Di atas rak-rak inilah kita dapat meletakkan media tanam. Wujudnya tidak harus pot, dapat berupa bekas kaleng cat, ember bekas, potongan botol plastik berdiameter agak besar. Kalau mau lebih rapi tapi murah dapat menggunakan polibag.
Kita dapat memilih jenis tanaman sesuai dengan tujuan pemeliharaan. Jika ingin menghemat pengeluaran belanja sayuran maka sebaiknya ditanamaneka jenis sayuran. Mulai dari tomat, cabai, terung, bayam, kangkung, dan lain-lain. Jika ingin menikmati buah hasil budi daya sendiri, pilihlah tanaman buah yang sudah akrab dalam model tabulampot (tanaman buah dalam pot), seperti jeruk, strawberry, mangga, jambu, dan lain-lain. Namun, jenis tanaman apapun yang dipilih, tentu harus disesuiakan dengan keadaan topografi di daerah masing-masing. Tak mungkin di daerah Semarang menanam strawberry, karena tanaman ini hanya tumbuh baik di daerah berhawa sejuk. Kita juga dapat menanam berbagai macam tanaman obat seperti temulawak, jahe, kapulaga, brotowali, kencur, mahkota dewa, dan lain-lain.
Tidak sedikit pula hobiis yang mengkombinasikan aneka tanaman, mulai dari sayuran, tanaman obat, dan tanaman hias. Jika itu menjadi pilihan maka tanaman sayuran sperti cabai, selada atau sawi harus diletakkan di rak paling atas sebab tanaman-tanaman tersebut membutuhkan sinar matahari yang cukup. Sedangkan tanaman obat ditempatkan di rak bagian tengah dan tanaman sayuran lainnya seperti seledri, kangkung dan bayam diletakkan di rak bawah. Untuk mengtahui karakteristik tanaman sayuran, tanaman obatjuga tanaman hias, maka sebaiknya kita mesti banyak mempelajarinya melalui internet, buku-buku literatur atau baertanya kepada ahlinya.
Penanaman dan Pemeliharaan
Penanaman bibit tanaman untuk sistem vertikultur ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan cara konvensional. Sebelum menanam, kita harus mengetahui karakteristik tanaman yang akan ditanam. Apakah bibit tanaman itu mesti disemai dulu atau langsung ditanam. Tujuan penyemaian ini diharapkan agar bibit tanaman seragam dalam hal bentuk maupun umur dapat seragam satu sama lain.
Benih yang perlu disemai antara lain selada, cabai, dan tomat. Sedangkan bibit yang dapat langsung ditanam misalnya kangkung dan bayam. Untuk proses persemaian ini tidak berbeda dengan cara konvensional. Kita dapat menyiapkan wadah, misalnya nampan plastik/kotak kayu. Campurkan kompos dan arang sekam dengan perbandingan 1:1, aduk hingga rata kemudian masukkan dalam wadah yang telah disiapkan. Taburkan benih secara merata, kemudian timbun dengan pasir halus. Penyiraman dilakukan secara rutin, sekali setiap hari. Gunakan semprotan/hand sprayer yang berlubang kecil agar air siraman yang keluar tidak terlalu deras.
Untuk mengelola bibit yang langsung ditanam serta bibit hasil persemaian yang telah siap tanam, siapkan dahulu media tanam yang terdiri dari tanah, pasir halus dan kompos dengan perbandingan 2:1:1. Media tanam kemudian dimasukkan ke dalam pot atau wadah lain yang telah disiapkan. Tebarkan 3-5 benih yang langsung ditanam ke dalam pot/wadah. Untuk bibit hasil persemaian, pemindahan ke rak baru dilakukan jika telah tumbuh 3-4 helai daun.
Pemeliharan tanaman pada sistem vertikultur tidak berbeda jauh dengan cara konvensional. Penyiraman dilakukan secara teratur, minimal sehari sekali untuk menjaga tanaman tetap segar. Penyiangan dilakukan secara rutin, terutama dengan mencabuti tanaman pengganggu yang tumbuh di sekitar tanaman. Pemupukan juga perlu dilakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman. Pada umur 7 hari setelah tanam, berikan atu sendok makan urea (sekitar 10 gram) yang dilarutkan dalam 10 liter air. Minggu kedua, berikan pupuk yang sama ditambah dengan pupuk daun atau pupuk mikro sesuai kebutuhan. Pada minggu berikutnya, berikan tiga sendok makan urea, dua sendok makan TSP dan dua sendok makan KCL. Pada minggu keempat dan seterusnya berikanlah setengah sendok makan pupuk urea, tiga sendok TSP dan tiga sendok KCL.
Pertanian Masa Depan
Tidak berlebihan jika sejumlah pengamat pertanian menganggap vertikultur sebagai solusi pertanian masa depan, yang hemat lahan, aman bagi lingkungan, dan dapat dijadikan usaha sampingan. Sebab hampir semua jenis tanaman semusim, yang pertumbuhannya tidak terlalu tinggi, dapat ditanam melalui sistem vertikultur. Jenis syuran yang cocok antara lain sawi, selada, tomat, cabai, terong, kailan, seledri, bayam dan kangkung.
Hasil panen tanaman yang dikembangkan secara vertikultur ternyata tidak jauh berbeda dari penanaman secara konvensional (menanam di tanah). Tanaman bayam dapat mulai dipetik pada hari ke-28, cabai umur tiga bulan, sawi dan selada sekitar umur 40 hari, serta terong dan pare mulai berbuah pada umur tiga bulan.
Menyantap sayuran hasil budi daya sendiri tentu jauh lebih lebih nikmat daripada membeli di pasar tradisional maupun supermarket. Selain menghemat uang belanja, ada kepusan batin yang tidak dapat diceritakan. Jika kita mau tekun dan mau bekerja keras dalam mengembangkan vertikultur ini, Insya Allah bukan tidak mungkin usaha ini menjadi lahan bisnis yang dapat menghasilkan rupiah yang bernilai tinggi.