Lahan
hijau di perkotaan semakin sempit. Sebagian besar beralih fungsi untuk
kawasan pemukiman, pabrik, bahkan vila-vila mewah. Akibatnya, semakin
sempit pula lahan-lahan bagi orang kota untuk menyalurkan hobinya
bercocok tanam. Keluhan seperti itu, muncul di mana-mana, terutama bagi
warga kota yang tinggal di perumahan-perumahan. Sempitnya bangunan
membuat mereka menghabiskan lahan-lahan sisa untuk memeperluas rumah.
Nyaris tidak ada sisa untuk ruang hijau yang dapat menyejukkan mata.
Nah, lalu bagaimana solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
tersebut? Sebenarnya kondisi yang tercipta lantaran keterpaksaan
tersebut dapat diatasi dengan mengembangkan sistem vertikultur. Bagi
pemerhati pertanian, mungkin istilah ini sudah tidak asing lagi. Tetapi
bagi orang awam, mereka pasti akan bertanya-tanya, seperti apakah sistem
bercocok tanam yang katanya dapat menyiasati lahan sempit itu?
Istilah
vertikultur berasal dari bahasa Inggris verticulture, yang merupakan
penggabungan dari kata vertical dan culture. Artinya, budidaya tanaman
yang dilakukan dengan cara bertingkat atau bersusun. Ya, sistem ini
memang menggunakan rak bertingkat. Rak inilah yang akan menampung
pot-pot atau media tanm lainnya. Secara prinsip sistem ini tidak berbeda
dari cara bercocok tanam di kebun atau sawah. Perbedaannya hanya
terletak pada lahan yang digunakan, dimana sistem vertikultur lebih
efisien.
Untuk
pemilihan bahan tanaman, sebaiknya pilihlah tanaman semusim, misalnya
sayuran. Dapat juga tanaman obat yang berguna bagi kesehatan atau
tanaman hias sebagai penghias ruang bahkan dapat dijadikan usaha
sampingan. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, Bandung,
Surabaya atau bahkan Surakarta terutama di perumahan-perumahan, dimana
luas lahan semakin sempit sangatlah butuh untuk diterapkan sistem
seperti ini. Sebab sistem inilah yang dianggap mampu mengobati kerinduan
utnuk “kembali ke alam” sekaligus dapat menyalurkan hobi, bahkan
menambah pendapatan keluarga.
Suasana
rumah pun menjadi asri, Bukan hanya itu, sistem ini juga cocok untuk
dikembangkan di kawasan rawan banjir. Sebab tanaman yang diletakkan di
posisi paling bawah pun biasanya berjarak sekitar 50 cm dari tanah. Jika
genanngan air kurang dari 50 cm, maka selamtlah semua tanaman. Kalau
genangan melebihi 50 cm, pemilik yang sudah biasa membaca “kebiasaan
banjir” di rumahnya dapat segera bersiaga. Misalnya, memindahkannya ke
tempat yang lebih tinggi atau yang lebih aman. Kalau rumahnya bertingkat
maka dapat dipindahkan ke lantai atas.
Murah dan Mudah
Sebenarnya
tidak sulit membuat vertikultur di rumah masing-masing. Biaya
pembuatannya juga relatif terjangkau. Bahan baku untuk membuat raknya
dalah kayu, bambu atau papan. Modelnya disesuaikan dengan selera
masing-masing. Kita dapat memilih model persegi panjang, segitiga
berjenjang atau model anak tangga. Yang terpenting, kerangka ini dapat
menopang beban beberapa jenis tanaman, termasuk pot-potnya. Sedangkan
panjang dan lebar rak tergantung luas tanah yang dimiliki. Bahkan kalau
sudah tidak ada lahan lahan kosong, rak bertingkat juga dapat
ditempatkan di bagian teras depan/belakang/samping atau malah di lantai
atas rumah, jadi sangat fleksibel.
Rak
terbawah diusahakan berjarak minimal 30 cm dari lantai/tanah. Ini untuk
menghindari serangan hama pengganngu. Tetapi kalau tempat tinggal
termasuk daerah langganan banjir, sebaiknya rak terbawah berjarak 50 cm
dari permukaan tanah/lantai. Di atas rak-rak inilah kita dapat
meletakkan media tanam. Wujudnya tidak harus pot, dapat berupa bekas
kaleng cat, ember bekas, potongan botol plastik berdiameter agak besar.
Kalau mau lebih rapi tapi murah dapat menggunakan polibag.
Kita
dapat memilih jenis tanaman sesuai dengan tujuan pemeliharaan. Jika
ingin menghemat pengeluaran belanja sayuran maka sebaiknya ditanamaneka
jenis sayuran. Mulai dari tomat, cabai, terung, bayam, kangkung, dan
lain-lain. Jika ingin menikmati buah hasil budi daya sendiri, pilihlah
tanaman buah yang sudah akrab dalam model tabulampot (tanaman buah dalam
pot), seperti jeruk, strawberry, mangga, jambu, dan lain-lain. Namun,
jenis tanaman apapun yang dipilih, tentu harus disesuiakan dengan
keadaan topografi di daerah masing-masing. Tak mungkin di daerah
Semarang menanam strawberry, karena tanaman ini hanya tumbuh baik di
daerah berhawa sejuk. Kita juga dapat menanam berbagai macam tanaman
obat seperti temulawak, jahe, kapulaga, brotowali, kencur, mahkota dewa,
dan lain-lain.
Tidak
sedikit pula hobiis yang mengkombinasikan aneka tanaman, mulai dari
sayuran, tanaman obat, dan tanaman hias. Jika itu menjadi pilihan maka
tanaman sayuran sperti cabai, selada atau sawi harus diletakkan di rak
paling atas sebab tanaman-tanaman tersebut membutuhkan sinar matahari
yang cukup. Sedangkan tanaman obat ditempatkan di rak bagian tengah dan
tanaman sayuran lainnya seperti seledri, kangkung dan bayam diletakkan
di rak bawah. Untuk mengtahui karakteristik tanaman sayuran, tanaman
obatjuga tanaman hias, maka sebaiknya kita mesti banyak mempelajarinya
melalui internet, buku-buku literatur atau baertanya kepada ahlinya.
Penanaman dan Pemeliharaan
Penanaman
bibit tanaman untuk sistem vertikultur ini sebenarnya tidak jauh
berbeda dengan cara konvensional. Sebelum menanam, kita harus mengetahui
karakteristik tanaman yang akan ditanam. Apakah bibit tanaman itu mesti
disemai dulu atau langsung ditanam. Tujuan penyemaian ini diharapkan
agar bibit tanaman seragam dalam hal bentuk maupun umur dapat seragam
satu sama lain.
Benih
yang perlu disemai antara lain selada, cabai, dan tomat. Sedangkan
bibit yang dapat langsung ditanam misalnya kangkung dan bayam. Untuk
proses persemaian ini tidak berbeda dengan cara konvensional. Kita dapat
menyiapkan wadah, misalnya nampan plastik/kotak kayu. Campurkan kompos
dan arang sekam dengan perbandingan 1:1, aduk hingga rata kemudian
masukkan dalam wadah yang telah disiapkan. Taburkan benih secara merata,
kemudian timbun dengan pasir halus. Penyiraman dilakukan secara rutin,
sekali setiap hari. Gunakan semprotan/hand sprayer yang berlubang kecil agar air siraman yang keluar tidak terlalu deras.
Untuk
mengelola bibit yang langsung ditanam serta bibit hasil persemaian yang
telah siap tanam, siapkan dahulu media tanam yang terdiri dari tanah,
pasir halus dan kompos dengan perbandingan 2:1:1. Media tanam kemudian
dimasukkan ke dalam pot atau wadah lain yang telah disiapkan. Tebarkan
3-5 benih yang langsung ditanam ke dalam pot/wadah. Untuk bibit hasil
persemaian, pemindahan ke rak baru dilakukan jika telah tumbuh 3-4 helai
daun.
Pemeliharan
tanaman pada sistem vertikultur tidak berbeda jauh dengan cara
konvensional. Penyiraman dilakukan secara teratur, minimal sehari sekali
untuk menjaga tanaman tetap segar. Penyiangan dilakukan secara rutin,
terutama dengan mencabuti tanaman pengganggu yang tumbuh di sekitar
tanaman. Pemupukan juga perlu dilakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan
tanaman. Pada umur 7 hari setelah tanam, berikan atu sendok makan urea
(sekitar 10 gram) yang dilarutkan dalam 10 liter air. Minggu kedua,
berikan pupuk yang sama ditambah dengan pupuk daun atau pupuk mikro
sesuai kebutuhan. Pada minggu berikutnya, berikan tiga sendok makan
urea, dua sendok makan TSP dan dua sendok makan KCL. Pada minggu keempat
dan seterusnya berikanlah setengah sendok makan pupuk urea, tiga sendok
TSP dan tiga sendok KCL.
Pertanian Masa Depan
Tidak
berlebihan jika sejumlah pengamat pertanian menganggap vertikultur
sebagai solusi pertanian masa depan, yang hemat lahan, aman bagi
lingkungan, dan dapat dijadikan usaha sampingan. Sebab hampir semua
jenis tanaman semusim, yang pertumbuhannya tidak terlalu tinggi, dapat
ditanam melalui sistem vertikultur. Jenis syuran yang cocok antara lain
sawi, selada, tomat, cabai, terong, kailan, seledri, bayam dan kangkung.
Hasil
panen tanaman yang dikembangkan secara vertikultur ternyata tidak jauh
berbeda dari penanaman secara konvensional (menanam di tanah). Tanaman
bayam dapat mulai dipetik pada hari ke-28, cabai umur tiga bulan, sawi
dan selada sekitar umur 40 hari, serta terong dan pare mulai berbuah
pada umur tiga bulan.
Menyantap
sayuran hasil budi daya sendiri tentu jauh lebih lebih nikmat daripada
membeli di pasar tradisional maupun supermarket. Selain menghemat uang
belanja, ada kepusan batin yang tidak dapat diceritakan. Jika kita mau
tekun dan mau bekerja keras dalam mengembangkan vertikultur ini, Insya
Allah bukan tidak mungkin usaha ini menjadi lahan bisnis yang dapat
menghasilkan rupiah yang bernilai tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar