Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan sebuah
bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah.
Pekarangan dapat berada di depan, belakang atau samping sebuah
bangunan, tergantung seberapa luas sisa tanah yang tersedia setelah
dipakai untuk bangunan utamanya.
Budidaya sayuran di pekarangan bukan merupakan hal baru. Praktek
pemanfaatan demikian sudah lama dilakukan terutama di pedesaan. Namun
demikian, seiring berjalnnya waktu kebiasaan tersebutsemakin
ditiggalkan, dan banyak pekarangan di pedesaan justru tidak
dimanfaatkan, dibiarkan terlantar dan gersang.
Bertolak belakang dengan kecendrungan di atas, jumlah penduduk
akhir-akhir ini terus mengalami peningkatan sehingga kebutuhan bahan
panganpun semakin bertambah. Pemenuhan kebutuhan pangan tersebut banyak
menemui permasalahan, diantaranya adalah fenomena perubahan iklim
global yang berpengaruh pada tingkat produksi dan distribusi bahan
pangan, penyempitan lahan pertanian akibat penggunaan di bidang non
pertanian, dan tingginya tingkat degradasi lahan sehingga menyebabkan
berkurangnya hasil panen.
Oleh sebab itu, strategi baru dalam pemenuhan bahan pangan,
diantaranya melalui pemanfaatan lahan pekarangan, perlu dikembangankan.
Data statistik menunjukkan luas lahan pekarangan di Indonesia saat ini
mencapai 10.3 juta hektar. Apabila dimanfaatkan secara optimal maka
permasalahan pemenuhan kebutuhan pangan, sebagaimana disebutkan di atas,
kemungkinan besar dapat dikurangi.
 |
 |
| Gambar 1. Contoh Pemanfaatan Pekarangan |
Karakteristik dan Strategi Pemanfaatan Pekarangan
Berbeda dengan lahan pertanian secara umum, pekarangan rumah memiliki
luasan yang relatif sempit, bersentuhan langsung dengan penghuni
rumah, serta memiliki peran yang sangat kompleks. Oleh sebab itu,
pemanfaatannyadalam budidayasayuran harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga dapat berfungsi optimal, baik dalam hal tingkat produksi maupun
dalam pemanfaatan lainnya di rumah tangga.
Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi dalam berbudidaya sayuran di
pekarangan diantaranya adalah harus memiliki nilai estetika atau
keindahan sehingga selain dapat dimakan juga dapat mempercantik halaman
rumah. Strategi yang dapat dilakukan, diantaranya melalui pengaturan
jenis, bentuk, dan warna tanaman. Selain itu, model yang digunakan
sebaiknya bersifat mobile atau mudah untuk dipindahkan. Hal ini
diperlukan guna mengantisipasi pemanfaatan dan penataan pekarangan.
Model budidaya yang dapat memenuhi kriteris demikian adalah model
budidaya secara vertikal atau vertikultur dan budidaya dalam pot.
 |
 |
| Gambar 2. Contoh Budidaya Sayuran di Pekarangan |
Budidaya Sayuran Model Vertikultur, Pot dan Bedengan
- Janis Sayuran
Hampir semua jenis tanaman dapat ditanam dalam sistem vertikultur,
pot dan bedengan, diantaranya bayam, kangkung, sawi, selada, kenikir,
kemangi, kucai, seledri, cabai, tomat, terong, pare, kacang panjang,
timun, oyong, dll. Namun demikianuntuk budidaya vertikultural
menggunakan wadah talang, bambu atau paralon yang dipasang secara
horizontal, kurang cocok untuk sayuran jenis buah seperti cabai, terong,
tomat, buncis tegak, pare, dll. Hal tersebut disebabkan dangkalnya
wadah pertanaman sehingga tidak cukup kuat menahan tumbuh tegak tanaman.
Sayuran buah cocok untuk ditanaman dalam pot, polybag atau paralon dan
bambu yang ditegakkan sehingga dapat menampung media tanam dalam
jumlah cukup banyak.
 |
 |
| Gambar 3. Contoh Budidaya Sayuran dalam Pot dan Vertikultur |
- Penyiapan Wadah Pertanaman
Vertikultur dari Bambu atau Paralon
Potong batang bambu/paralon sepanjang kurang lebih 120 cm, dengan
pembagian 100 cm untuk wadah tanam dan 20 cm sisanya untuk ditanam ke
tanah.
- Bersihkan ruas antar bambu dengan menggunakan linggis, kecuali ruas
paling bawah. Untuk ruas terakhir tidak dibobol keseluruhan,melainkan
hanya dibuat sejumlah lubang kecil dengan paku untuk mengatur kelebihan
air penyiraman. Jika menggunakan paralon, lakukan penutupan pada dasar
paralon menggunakan tutup paralon sesuai ukuran paralon yang digunakan.
- Buat lubang tanam di sepanjang bagian 100 cm dengan menggunakan bor,
pahat atau pisau. Lubang dibuat secara selang seling pada keempat sisi
bambu/paralon. Pada dua sisi yang saling berhadapan terdapat
masing-masing tiga lubang tanam,pada dua sisi lainnya masing-masing dua
lubang tanam, sehingga didapatkan 10 lubang tanam secara keseluruhan.
Setiap lubang berdiameter kira-kira 1,5 cm dan berjarang 30 cm.
- Selanjutnya bambu atau paralon ditanam dengan memasukkan 20 cm bagian bawah kedalam tanah
 |
 |
| Gambar 4. Contoh Budidaya Vertikultur Gerabah dan Paralon |
Vertikultur dari Talang Sistem Rak
Langkah-langkah pembuatan unit vertikultur sistem rak adalah sebagai berikut :
- Buat serangkaian rak dengan tinggi kira-kira 1 m, lebar 1 m, panjang sesuai kebutuhan,
- Atur empat rangkaian rak secara berundak, dengan jarak antara
undakan adalah kira-kira 30 cm, dan lebar masig-masing rak adalah 25-30
cm,
- Potong talang air dengan ukuran sesuai rangka rak yang dibuat, lalu
masing-masing ujung talang ditutup menggunakan penutup talang lalu
dilekatkan menggunakan lem secara permanen,
- Lubangi dasar talang dengan bor atau pisau, diameter lubang kurang lebih 1 cm dan jarak antar lubang berkisar 15-20 cm,
- Isi talang menggunakan media tanam yang telah disiapkan, dan lakukan penyusunan pada rak.
 |
 |
| Gambar 5. Vertikultur Rak dari Talang Plastik |
Wadah pot
Jenis pot yang digunakan dapat berupa pot plastic, ember, kaleng, pot
gerabah, polybag, dll. Pada prinsipnya wadah atau pot tersebut dapat
menampung media tanam dalam jumlah yang cukup. Untuk tanaman sayuran
daun, volume media tanam yang digunakan minimal seberat 1 kg, sedangkan
untuk sayuran buah berkisar 3-20 kg. Apabila belum ada lubang, maka
lakukan pelubangan pada dasar pot dalam jumlah yang cukup banyak guna
mengatur kelebihan air penyiraman.
 |
 |
| Gambar 6. Contoh Penanaman dalam Pot Plastik dan Polybag |
Wadah Bedengan
Bedengan digunakan sebagai tempat penanaman. Tujuannya, untuk
mencegah agar tanaman tidak tergenang air pada musim hujan. Panjang
bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan, untuk mempermudah perawatan
dan pembuangan air. Lebar bedengan dibuat 110-120 cm karena digunakan
untuk dua baris tanaman. Tinggi bedengan disesuaikandengan musim.
Bedengan dibuat lebih tinggi pada musim hujan dengan tujuan agar
perakaran tanaman tidak terendam air dalam waktu yang lama dan
pembuangan airnya lancar.
Untuk mempermudah pekerjaan, sebaiknya membuat plot terlebih dahulu
menggunakan tali rafia sesuaikan dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi
bedengan yang kita kehendaki. Gunakan cangkul untuk membentuk
bedengan. Caranya, naikkan tanah diluar plot untuk bedengan, sekaligus
haluskan tanah dan ambil sisa-sisa rumput, batu, kerikil dan kotoran
lain yang dapat menggangu tanaman.
 |
 |
| Gambar 7. Contoh Penanaman dengan Bedengan |
Penyiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan merupakan campuran tanah, pupuk kandang
atau komps dan sekam bakar yang telah dihilangkan bongkahannya atau
disaring menggunakan saringan kawat berdiameter 0,5-1 cm. Perbandingan
media tanam yang umum digunakan adalah 1 bagian tanah, 1 bagian pupuk
kandang atau pupuk kompos, dan 1 bagian sekam bakar. Namun demikian,
formula tersebut bukan merupakan formula bau, yang penting bahan organik
dan sekam yang ditambahkan cukup banyak sehingga cukup subur dan
rongga.
 |
| Gambar 8. Pembuatan Media Tanam |
Pembibitan
Wadah pembibitan dapat berupa tray khusus pembibitan atau dapat juga
wadah lain seperti baki plastik, pot plastik, kotak dari kayu, kantong
plastik, polybag, dll.
Media pembibitan yang digunakan sama seperti di atas namun perlu
lebih halus dengan menghindari bongkahan atau kerikil dengan cara
disaring menggunakan saringan kawat berdiameter lubang 2-5 mm.
Pembibitan umumnya dilakukan untuk benih-benih yang berukuran kecil
dan berharga relative mahal seperti sawi, selada, cabai, tomat, dll
(kecuali bayam karena bayam umumnya ditanam langsung). Sementara itu,
benih berukuran besar umumnya ditanam langsung dalam wadah pertanaman..
Langkah-langkah penanaman bibit atau benih :
- Buat lubang kecil pada media tanam di dalam tray dengan kedalaman
0,5-1 cm dengan menggunakan lidi atau kayu kecil. Untuk benih yang
dibibitkan dalam wadah pembibitan yang lebar dilakukan dengan cara
menebar secara merata benih pada permukaan media tanam atau membuat
lubang tanam dengan jarak kurang lebih 1 cm.
- Masukkan benih ke dalam lubang tanam dan ditutup tipis menggunakan
kompos atau pupuk kandang halus. Lalu benih ditutup menggunakan pupuk
kandang atau kompos halus dengan ketebalan 0,5-1 cm.
- Tebarkan furadan (apabila diperlukan) di permukaan media pembibitan
sesuai aturan yang ada di kemasannya. Hal ini tersebut dilakukan untuk
menghindari serangan hama berupa semut atau ulat tanah.
- Lakukan penyiraman dengan hati-hati hingga media pembibitan basah
secara merata. Penyiraman dilakukan 2-3 hari sekali pada saat benih baru
ditanam atau bibit kecil, pada saat bibit tumbuh agak besar, lakukan
penyiraman sekali sehari.
- Letakkan wadah pembibitan pada tempat yang terlindung dari deraan
hujan secara langsung namun terena sinar matahari cukup, misalnya di
bawah sungkup atau rumah plastik.
- Setelah bibit memilikidaun sempurna 2 lembar, lakukan pemindahan
bibit pada wadah pembibitan tunggal, misalnya polybag berdiameter 10 cm
atau pot kecil bekas kemasan aqua gelas. Lakukan pemeliharaan seperti
biasa higga siap pindah tanam.
 |
| Gambar 9. Proses Pembibitan Sayuran |
- Penanaman
Penanaman di dalam rak vertikultur atau pot dilakukan setelah bibit
memiliki daun sempurna 3-5 helai. Langkah-langkah penanaman adalah :
- Pilih bibit yang sehat, tidak cacat, dan seragam
- Buat lubang tanam seukuran wadah bibit. Pada system vertikultur rak
berjenjang, jarak tanam berkisar 10-15 cm. Pada system per pot, jumlah
tanaman yang ditanam sebanyak 1 tanaman per pot pada pot berukuran 3-10
kg, sedangkan untuk pot berukuran lebih besar jumlah tanaman berkisar
2-3 tanaman, khususnya untuk sayuran buah merambat seperti pare, timun,
oyong, dan tanaman sejenis lainnya.
- keluarkan bibit secara hati-hati dengan cara menggunting wadah atau
membalikkan wadah sedemikian rupa sehingga media dan perakaran bibit
tidak terganggu.
- masukkan bibit ke dalam lubang tanam, selanjutnya tutup lubang tanam
menggunakan media tanam yang sebelumnya dikeluarkan pada saat membuat
lubang tanam.
- Lakukan penyiraman hingga media tanam menjadi basah secara merata.
- Pemupukan
Sayuran Organik
Untuk sayuran organik yang dibudidayakan secara organik, jenis pupuk
yang digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk kompos, baik berbentuk
curah maupun granul. Pemberian pupuk dilakukan pada saat pembuatan media
tanam dengan menambah volume pupuk kompos atau pupuk kandang lebih
banyak dalam media tanam, misalnya2 atau 3 bagian dibandingkan tanah dan
sekam.
pupuk susulan dapat berupa pupuk organik cair yang telah tersedia di
toko-toko sarana pertanian atau dengan cara membuat sendiri. Intensitas
pemberian pupuk organik biasanya dilakukan 3-7 hari sekali dengan cara
melarutkan 10-100 ml pupuk dalam 1 liter air dan disiramkan secara
merata pada media tanam.
Pada sayuran buah, disebabkan masa pertumbuhan yang lebih panjang,
maka selain pemberian pupuk organik cair juga dapat dilakukan pemberian
pupuk susulan berupa pupuk kandang atau pupuk kompos setiap 30 hari
sekali sebanyak 50-100 g atau 2-3 genggam pupuk per tanaman.
 |
| Gambar 10. Contoh Pupuk dan Pemupukan Tanaman |
Pembuatan pupuk organik cair (POC) dapat dilakukan dengan menggunakan
bahan dan alat sebagai berikut : (1) ember atau gentong plastik
berukuran 50lt, (2) Kantong kain, (3) Pupuk kandang atau kompos atau
kascing 5 kg, (4) molase 2 lt, (5) EM 100 ml, dan (6) air 40 lt.
Langkah-langkah membuat POC adalah sebagai berikut :
- Masukkan air sebanyak 40 lt ke dalam ember atau gentong plastik,
- Tambahkan molase sebanyak 2 lt, lalu aduk hingga merata,
- Masukkan inokulum EM sebanyak 100 ml, lalu aduk hingga merata,
- Masukkan pupuk kandang, komps, kascing sebanyak 5 kg ke dalam
kantong kain, ikat bagian mulut kantong sebagaimana kantong teh, lalu
masukkan ke dalam ember atau gallon plastik dengan posisi menggantung,
- Tutup dan kunci tutup ember atau galon plastik menggunakan lem atau lakban dengan rapat,
- Pupuk dapat dipakai setelah 3 minggu, kematangan pupuk ditandai
dengan bau khas hasil fermentasi (seperti bau tape).
 |
Gambar 11.Alat pembuatan Pupuk Organik Cair
|
Sayuran Non Organik
Untuk budidaya non organik, pemupukan dapat dilakukan dengan
menggunakan pupuk kimia seperti pupuk majemuk NPK; campuran pupuk
tunggal Urea, TSP, dan KCL masing-masing satu bagian; atau pupuk
pelengkap cair, Jenis pupuk kimia tersebut bayak tersedia di toko sarana
dan prasarana pertanian ataupun kios-kios tanaman hias.
Pemupukan dapat dilakukan dengan cara menaburkan pupuk sebanyak 1/2 -
1 sendok teh disekitar permukaan tanaman. Setelah pupuk ditaburkan,
maka harus segera dilakukan penyiraman tanaman untuk menghindari efek
negatif kegaraman pupuk kimia terhadap tanaman.
Pemupukan susulan dapat dilakukan dengan cara melarutkan 1 sendok
pupuk NPK atau campuran pupuk urea, TSP, dan KCL ke dalam 10 liter air.
Lalu siramkan secara merata pada media tanam. Pengulangan dapat
dilakukan setiap 3 atau 7 hari sekali.
- Penyiraman
Intensitas penyiraman sangat tergantung pada volume media tanam,
populasi tanaman, dan fase pertumbuhan tanaman. Semakin kecil volume
media tanam atau semakin besar ukuran tanaman serta populasinya, maka
intensitas penyiraman harus lebih sering. Namun demikian, penyiraman
umumnya dilakukan 1 sampai 2 kali sehari. Perlakukan penyiraman harus
benar-benar diperhatikan pada saat fase pembuangan dan pembesaran buah.
keterlambatan penyiraman akan menyebabkan bunga atau bakal buah menjadi
rontok.
Penyiraman harus dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan alat siram berupa gembor atau selang plastik yang telah diberi nozel penyiraman pada ujungnya.
- Pengendalian Hama dan Penyakit
Sayuran Organik
Pengendalian Hama. Pengendalian hama dapat dilakukan
secara fisik dengan cara membunuh atau membuang hama yang terdapat
pada tanaman dan media tanam atau dapat juga secara kimiawi dengan
insektisida nabati. Insektisida nabati telah banyak dijual di kios-kios
pertanian. Apabila memungkinkan, pestisida nabati dapat dibuat sendiri
dengan menggunakan sumberdaya yang terdapat di dapur dan pekarangan.
Contoh teknis pembuatan pestisida nabati adalah sebagai berikut :
- Ekstrak Daun Nimba, Tembakau, Brotowali
Bahan-bahan : Daun mindi atau nimbi 100 g, tembakau 2 g, brotowali 2 g, dan buah mengkudu 1 buah kg.
Cara buat :
- Semua bahan dihaluskan dengan cara ditumbuk, diblender atau dicacah secara terpisah,
- Tempatkan semua bahan dalam satu wadah, lalu tambahkan air sebanyak 1 liter,
- Tutup rapat wadah, lalu fermentasikan atau diamkan selama satu minggu,
- Saring bahan pestisida menggunakan kain halus, lalu siap digunakan,
- Sebelum digunakan, enceran pestisida nabati tersebut menggunakan air dengan perbandingan 1:10 liter
- Ekstak Daun Sirsak
Bahan-bahan : Daun sirsak 10 lembar, serai 1 batang, bawang putih 1 siung, sabun colek 2 g.
Cara membuat :
- Daun sirsak, serai, dan daun bawang putih dihaluskan,
- Tambahkan 1 liter air, lalu simpan selama 2 hari,
- Saring larutan,
- Untuk aplikasi, 1 liter larutan dicampur dengan 10-15 liter air,
- Larutkan siap diaplikasikan
-
Ekstrak Sirih dan Tembakau
Bahan-bahan : Daun sirih 10 lembar, daun tembakau 5 lembar atau satu batang tembakau rokok, sabun colek seujung jari, air 1 lt.
Cara membuat :
- Daun sirih dan daun tembakau ditumbuk halus,
- Bahan dicampur denga air dan diaduk hingga rata,
- Bahan didiamkan selama satu malam,
- Saring larutan, kemudian encerkan (ditambah dengan 50-60 air),
- Larutan siap digunakan.
Pengendalian Penyakit. Pengendalian penyakit dapat
dilakukan dengan memberikan agensia hayati. Agensia hayati secara
terbatas telah mulai tersedia di kios-kios pertanian. Apabila tidak
tersedia agensia hayati, pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan
cara memusnakan tanaman terserang sehingga tidak menulari tanaman
lainnya. Untuk penyakit virus yang penyebarannya diperantarai serangga,
diantaranya kutu pucuk atau kutu daun, maka pengendalian dapat
dilakukan dengan cara menghalangi serangga vektor melalui aplikasi
pestisida nabati.
Sayuran Non Organik
Untuk sayuran non organik, maka pengendalian hama dan penyakit dapat
dilakukan menggunakan pestisida kimia (insektisida dan fungisida)
sesuai cara dan dosis anjuran. Namun demikian, diingatkan bahwa
aplikasi pestisida kimia pada tanaman pekarangan sebaiknya dihindari
karena besar resiko terhadap anggota keluarga, khususnya anak-anak.
Sebaiknya dilakukan secara menanik dan era-dikatif.
 |
Gambar 12. Pengendalian Hama dan Penyakit
|
- Syarat Penyinaran Matahari
Faktor penentu lainnya dalam budidaya sayuran dipekarangan adalah
penyinaran matahari. Tanaman sayuran merupakan jenis tanaman yang
menginginkan penyinaran matahari penuh. Apabila intensitas matahari
tidak mencukupi maka tanaman akan mengalami etiolasi atau tumbuh
memanjang dan kurus. beberapa jenis tanaman, seperti terong dan cabai
rawit cukup toleran dengan kurangnya sinar matahari, namun sebagian
besar sayuran daun dan buah yang lain sangat sensitive dengan kurangnya
intensitas penyinaran..
- Panen
Sebagian sayuran daun dan bumbu dapat dilakukan panen secara
berulang, diantaranya adalah kangkung, kemangi, kenikir, kucai, seledri.
Pemanenan sayuran tersebut dilakukan dengan memotong batang atau pucuk
daun untuk kangkung, kemangi, kenikir, dan kucao, sedangkan seledri
dipanen dengan cara memotong daun yang sudah cukup tua.
Sebagian sayuran lainnya dipanen hanya sekali dengan cara mencabut
tanaman beserta akarnya, diantaranya bayam, sawi, selada, dll.
Sementara itu, sayuran buah, umumnya dipanen secara bertahap sesuai
dengan fase pematangan buah atau sesuai keinginan. Pemanenan sayuran
buah sebaiknya menggunakan gunting atau pisau tajam, kecuali cabai,,
yang dapat dipanen menggunakan tangan dengan cara menarik buah
berlawanan arah dengan arah buah.
 |
 |
| Gambar 13. Timun dan Selada dalam pot Siap Panen |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar